Sabtu, 02 November 2013

Dangdut Ala Briptu Norman

Di negeri ini, yang nama nya "kehebohan" itu, tentu tidak harus dengan kejadian-kejadian yang bersifat huru hara. Apa yang dilakukan oleh Briptu Norman Kamaru, seorang aparat kepolisian di Gorontalo yang berani "menampilkan" diri nya dengan cara "berdangdut ria" lewat gerakan-gerakan yang berbau India, kemudian muncul di dunia maya, sehingga dapat dinikmati oleh hampir 700.000 melelui youtube oleh seluruh anak bangsa dan masyarakat di India yang konon lebih menarik dari artis aslinya Shahrukh Khan, rupa nya mampu membawa kehebohan tersendiri dalam kehidupan kita sehari-hari. Tanggapan langsung bermunculan. Persepsi yang dikemukakan berbeda-beda. Ada yang menilai positif namun ada juga yang menilai negatif dan menganggap nya, jauh diluar kepatutan selaku aparat negara.

Terlepas dari polemik yang muncul tapi sebagai sebuah fenomena kehidupan, pada dasar nya apa yang dilakukan Briptu Norman Kamaru, betul-betul merupakan hal yang sangat menarik untuk dijadikan bahan pencermatan bersama. Disinilah kita dapat mempertanyakan apakah keliru jika seorang anak muda ingin berapresiasi tentang kata hati nya ? Apakah perilaku "berdangdut ria" dianggap sebagai sebuah hal yang dianggap diluar kepatutan, dikarenakan diri nya menggunakan seragam kedinasan ? Atau kah hal itu dianggap melalaikan tugas karena pengambilan tayangan nya dilakukan tatkala diri nya sedang bertugas di pos piket ? Ya...rangkaian pertanyaan ini boleh saja diperpanjang atau bahkan dipersadis yang kecenderungan nya mendeskreditkan Briptu Norman.

Namun begitu, kita juga dapat saja membuat pertanyaan-pertanyaan yang lain, sehubungan dengan aksi dan kreativitas Briptu Norman Kamaru ini. Sebut saja soal inisiatif. Benarkah apa yang dilakukan oleh Briptu Norman sebagai sebuah "terobosan" dalam upaya nya membangun citra Polri di tengah-tengah rakyat yang dalam beberapa tahun belakangan ini tampak sedang terpuruk ? Coba tengok kasus rekening gendut para petinggi Polri yang hingga kini masih belum tertuntaskan. Lalu soal petugas di Makom Brimob Kelapa Dua yang begitu mudah disuap, sehingga Gayus Tambunan dengan mudah nya keluar masuk tahanan. Bahkan diri nya mampu memainkan peran selaku turis domestik, padahal status nya sebagai tahanan yang dititipkan.

Dari sisi ini, apakah atraksi yang dilakukan Briptu Norman boleh disebut sebagai upaya untuk membangun citra polisi di hadapan publik ? Benarkan apa yang dilakoni nya itu sebagai upaya untuk menyatakan ekspresi bahwa seorang polisi juga manusia dan dapat berkreasi sebagaimana layak nya warga bangsa ? Bahkan sah-sah saja bila perilaku berdangdut ria ala India nya Briptu Norman Kamaru itu pun merupakan sudut lain guna menyatakan diri bahwa polisi pun selalu peka dengan kondisi-kondisi perguliran jaman. Yang pasti publik akan membuat sebuah penilaian khusus terhadap Norman Kamaru, di tengah-tengah merosot nya citra Polri di mata publik.

Masalah "seni" memang milik semua anak bangsa. Tak kalah menarik nya apa yang dilakukan oleh Presiden Sby sekali pun. Dalam mengekspresikan diri, Presiden Sby pun selalu menulis lirik-lirik lagu yang dianggap nya layak untuk dilantunkan. Arti nya soal seni memang tidak terkait dengan jabatan atau posisi seseorang. Seni adalah sesuatu yang universal. Seni betul-betul milik segenap anak manusia. Seni tidak melihat harkat dan martabat. Tidak juga diukur oleh kekayaan seseorang. Dan melalui seni itulah terkadang lahir hal-hal yang tidak pernah kita duga sebelum nya. Akankah nilai seni Norman Kamaru mampu merubah persepsi publik terhadap citra Polri yang saat ini sedang terpuruk ?

Bagi kita, apa yang dilakukan Presiden Sby mau pun Briptu Norman Kamaru adalah sebuah ekspresi jiwa sekaligus wujud dari sebuah kata hati. Walau tampilan nya berbeda, namun semangat nya adalah sama. Itulah seni. Ukuran nya tentu bukan ditentukan oleh hal-hal yang sifat nya fisik, namun yang lebih esensial lagi adalah hal-hal yang non fisik, seperti pengakuan dan rasa simpati. Dalam kacamata yang demikian, kehebohan yang dilakukan Briptu Norman Kamaru, sudah selayak nya kita sikapi sebagai sebuah nilai seni dan tidak terlalu dikait-kaitkan dengan hal-hal lain. Kalau toh dianggap sebagai upaya membangun nilai-nilai baru di tubuh Polri, ya boleh-boleh saja. Tinggal kita lakukan saja survey ke masyarakat : bagaimana tanggapan publik terhadap "Dangdut-ria nya Briptu Norman Kamaru di dunia maya". Siapa takut ?

0 komentar:

Posting Komentar