Dahulu, radio merupakan teknologi yang
menyatukan masyarakat di muka bumi,namun sekarang posisi tersebut telah
diambil alih oleh televisi. Proses akselerasi komunikasi semacam ini
tentu saja amat membantu proses globalisasi cultural yang mendominasi
teknologi komunikasi dan kapital internasional ke bagian negara-negara
dunia ketiga.
Musik dangdut yang disiarkan di televisi
dikemas bebgitu apik, mulai dari penampilan penyanyinya, goyangan yang
dibatasi, serta menyaring syair-syair yang menganduk makna erotis semua
dilakukan untuk menghilangkan kesan bahwa dangdut adalah musik yang
erotis dan kampungan. Secara tidak langsung adalah ini merupakan usaha
agar dangdut dapat kembabli diterima oleh semua kalangan. Baik dari
kalangan bawah, rakyat miskin hingga kalangan atas, para eksekutif.
Sosialisasi musik dangdut melalui layar
kaca nampaknya cukup berhasil. Dapat dilihat bahwa mahasiswa dapat
menerima dengan baibk adanya musik dangdut. Musik dangdut juga sering
diputar di cafe-cafe milik kaum elite. Bahkan para aktor dan aktris
serta para penyanyi yang semula menyanyikan lagu-lagu pop bersedia
menyanyikan lagu dangdut.
Kekuatan musik dangdut memang tak mudah
untuk dilawan, karena pergerakan musik dangdut yang begitu dahsyat
sehingga menjadi ikon budaya populer. Bahkan kemudian musik dangdut
masuk di ruang-ruang publik, seperti di restoran, karaoke serta
panggung-panggung pinggiran. Di tambah lagi dengan aksi Basofi Sudirman
yang pada saat itu adalah petinggi Golkar dengan bangga mendendangkan
lagu dangdut di atas panggung. Dangdut tidak lagi menjadi ikon musik
kaum pinggiran melainkan ikon musik populer yang digemari oleh seluruh
kalangan (Bungin, 2005: 97) Dengan demikian usaha untuk menjadikan
dangdut sebagai musik semua lapisan masyarakat melalui layar televisi
terbukti ampuh.
0 komentar:
Posting Komentar