Di negeri ini, yang nama nya "kehebohan" itu, tentu tidak harus dengan kejadian-kejadian yang bersifat huru hara. Apa yang dilakukan oleh Briptu Norman Kamaru,
seorang aparat kepolisian di Gorontalo yang berani "menampilkan" diri
nya dengan cara "berdangdut ria" lewat gerakan-gerakan yang berbau
India, kemudian muncul di dunia maya, sehingga dapat dinikmati oleh
hampir 700.000 melelui youtube oleh seluruh anak bangsa dan masyarakat
di India yang konon lebih menarik dari artis aslinya Shahrukh Khan,
rupa nya mampu membawa kehebohan tersendiri dalam kehidupan kita
sehari-hari. Tanggapan langsung bermunculan. Persepsi yang dikemukakan
berbeda-beda. Ada yang menilai positif namun ada juga yang menilai
negatif dan menganggap nya, jauh diluar kepatutan selaku aparat negara.
Terlepas dari polemik yang muncul tapi sebagai sebuah fenomena kehidupan, pada dasar nya apa yang dilakukan Briptu Norman Kamaru,
betul-betul merupakan hal yang sangat menarik untuk dijadikan bahan
pencermatan bersama. Disinilah kita dapat mempertanyakan apakah keliru
jika seorang anak muda ingin berapresiasi tentang kata hati nya ? Apakah
perilaku "berdangdut ria" dianggap sebagai sebuah hal yang dianggap
diluar kepatutan, dikarenakan diri nya menggunakan seragam kedinasan ?
Atau kah hal itu dianggap melalaikan tugas karena pengambilan tayangan
nya dilakukan tatkala diri nya sedang bertugas di pos piket ?
Ya...rangkaian pertanyaan ini boleh saja diperpanjang atau bahkan
dipersadis yang kecenderungan nya mendeskreditkan Briptu Norman.
Namun begitu, kita juga dapat saja membuat pertanyaan-pertanyaan
yang lain, sehubungan dengan aksi dan kreativitas Briptu Norman Kamaru
ini. Sebut saja soal inisiatif. Benarkah apa yang dilakukan oleh Briptu
Norman sebagai sebuah "terobosan" dalam upaya nya membangun citra Polri
di tengah-tengah rakyat yang dalam beberapa tahun belakangan ini tampak
sedang terpuruk ? Coba tengok kasus rekening gendut para petinggi Polri
yang hingga kini masih belum tertuntaskan. Lalu soal petugas di Makom
Brimob Kelapa Dua yang begitu mudah disuap, sehingga Gayus Tambunan
dengan mudah nya keluar masuk tahanan. Bahkan diri nya mampu memainkan
peran selaku turis domestik, padahal status nya sebagai tahanan yang
dititipkan.
Dari sisi ini, apakah atraksi yang
dilakukan Briptu Norman boleh disebut sebagai upaya untuk membangun
citra polisi di hadapan publik ? Benarkan apa yang dilakoni nya itu
sebagai upaya untuk menyatakan ekspresi bahwa seorang polisi juga
manusia dan dapat berkreasi sebagaimana layak nya warga bangsa ? Bahkan
sah-sah saja bila perilaku berdangdut ria ala India nya Briptu Norman
Kamaru itu pun merupakan sudut lain guna menyatakan diri bahwa polisi
pun selalu peka dengan kondisi-kondisi perguliran jaman. Yang pasti
publik akan membuat sebuah penilaian khusus terhadap Norman Kamaru, di
tengah-tengah merosot nya citra Polri di mata publik.
Masalah "seni" memang milik semua anak bangsa.
Tak kalah menarik nya apa yang dilakukan oleh Presiden Sby sekali pun.
Dalam mengekspresikan diri, Presiden Sby pun selalu menulis lirik-lirik
lagu yang dianggap nya layak untuk dilantunkan. Arti nya soal seni
memang tidak terkait dengan jabatan atau posisi seseorang. Seni adalah
sesuatu yang universal. Seni betul-betul milik segenap anak manusia.
Seni tidak melihat harkat dan martabat. Tidak juga diukur oleh kekayaan
seseorang. Dan melalui seni itulah terkadang lahir hal-hal yang tidak
pernah kita duga sebelum nya. Akankah nilai seni Norman Kamaru mampu merubah persepsi publik terhadap citra Polri yang saat ini sedang terpuruk ?
Bagi kita, apa yang dilakukan Presiden Sby mau pun Briptu Norman
Kamaru adalah sebuah ekspresi jiwa sekaligus wujud dari sebuah kata
hati. Walau tampilan nya berbeda, namun semangat nya adalah sama. Itulah
seni. Ukuran nya tentu bukan ditentukan oleh hal-hal yang sifat nya
fisik, namun yang lebih esensial lagi adalah hal-hal yang non fisik,
seperti pengakuan dan rasa simpati. Dalam kacamata yang demikian,
kehebohan yang dilakukan Briptu Norman Kamaru, sudah selayak nya kita
sikapi sebagai sebuah nilai seni dan tidak terlalu dikait-kaitkan dengan
hal-hal lain. Kalau toh dianggap sebagai upaya membangun nilai-nilai
baru di tubuh Polri, ya boleh-boleh saja. Tinggal kita lakukan saja
survey ke masyarakat : bagaimana tanggapan publik terhadap "Dangdut-ria nya Briptu Norman Kamaru di dunia maya". Siapa takut ?
0 komentar:
Posting Komentar